"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar" (1Korintus 10:13-16)

Di dunia yang serba praktis dan pesat ini, berkembang mental untuk menolak segala bentuk ketidaknyamanan. Jika ketidaknyamanan saja ditolak, apalagi penderitaan. Dunia menganggap penderitaan sebagai sesuatu yg negatif yang harus dihilangkan.

Padahal, saat kita menerima kehidupan, sebenarnya kita menerima seluruh fakta dan kenyataan dalam kehidupan, termasuk menerima penderitaan dan dukacita yang merupakan bagian yang utuh dari kehidupan itu sendiri.

W.S Rendra, seorang dramawan sekaligus penulis puisi terkenal, sebelum wafat dia menulis bahwa segala sesuatu yang kita miliki, seperti: harta benda, uang, rumah, mobil, jabatan, nama baik, kesehatan, dlsbnya, kita yakini sebagai titipan dari Tuhan.

Namun, pernahkah kita bertanya: “Mengapa semua ini dititipkan kepada kita?

Demikian pula, ketika semua ini diambil dari kita, misalnya sakit, tidak lagi sehat, tidak lagi bebas kesana kemari, atau tidak lagi punya jabatan, nama baik. Lalu, “Mengapa kita katakan ini semua bencana, tragedi, musibah, dlsbnya?”

Bagi W.S Rendra, semua ini tidak sinkron. Di satu sisi kita menghayati bahwa semua yang kita miliki adalah titipan yang sewaktu-waktu bisa diambil, bisa hilang. Namun, di sisi lain ketika semua ini diambil, hilang, kita anggap ini adalah bencana, atau kegagalan hidup.

Sebenarnya, pengalaman akan kehilangan dan kegagalan dalam hidup ini adalah biasa. Namun, seringkali kita merasa bahwa masalah yang kita alami adalah masalah besar dan tak seorang pun dapat mengertinya.

Rasul Paulus menjawabnya melalui ayat di atas, bahwa pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa.

Artinya, jika kita mengalami suatu kehilangan, kegagalan, penderitaan, dihina dan direndahkan orang, itu semua biasa di dalam hidup, karena orang lain juga mengalami hal yang sama dengan kita. Jangan menganggap bahwa semua itu merupakan bencana atau hukuman dari Tuhan, dan hanya terjadi pada kita.

…. Sahabat ….

Sesungguhnya melalui penderitaan dan pencobaan, kita dikuduskan dan dilatih untuk tidak menjadi sombong dan mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi untuk mengandalkan kekuatan Tuhan.

Dalam kelemahan, kita menjadi lebih mudah untuk bersandar kepada-Nya, sebab kita menyadari apa yang kita capai selama ini, bukanlah semata-mata hasil jerih payah kita sendiri, melainkan rahmat Tuhan yang bekerja di dalam diri kita.

Oleh sebab itu, mari kita nikmati saat ini. Berbahagialah, tetap berkarya, dan berbuat baik bagi sesama, sehingga pada saatnya titipan itu diambil oleh Tuhan, kita ikhlas dan berkata: “Terima kasih Tuhan atas hidup yang Kau berikan kepadaku”

Salam Damai Sejahtera

BTL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *