“Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik” (Roma 12:9)

Salah satu unsur yang perlu diperhatikan di dalam pelayanan sejati adalah kasih. Tanpa kasih tidak mungkin ada orang mampu melayani dengan tulus. Tanpa kasih pula, pelayanan kita tidak akan benar-benar memuliakan-Nya, karena pelayanan kita itu akan dikuasai oleh semangat kompetisi dan keegoisan

Di dalam terjemahan bahasa Inggris maupun bahasa Yunani, ungkapan “jangan pura-pura” memiliki beragam arti. Dan dari beragam terjemahan kita mendapat penjelasan bahwa kasih itu tidak boleh berpura-pura atau munafik.

Apa itu munafik? dan mengapa dikontraskan dengan kasih?

Di dalam dunia ini kita menyaksikan terlalu banyak aneka ragam kepalsuan, dan tidak jarang kita menjumpai kepalsuan ini dalam diri orang yang mengaku murid Yesus. Berikut beberapa alasan mengapa orang menjadi munafik :

Tidak rendah hati

Orang yang disebut murid Kristus bukan dilihat dari seberapa aktif dia ke gereja, berdoa, berdevosi, tetapi dilihat dari sampai seberapa rendah hatinya dihadapan Allah & kebenaran firman-Nya.

Kerendahan hati itu ditunjukkan dengan sikap yang mau dikoreksi oleh firman Tuhan dan berkomitmen menjalankan firman tersebut dalam setiap aspek kehidupannya.

Tidak adanya kerendahan hati alias sombong itu mengakibatkan ia dengan mudah mengkritik, mendebat, membantah, bahkan menghakimi pendapat/informasi orang lain hanya karena tidak cocok/sesuai dengan selera dirinya atau isi tempurung kepalanya.

Tidak suka kebenaran

Jika di poin pertama orang munafik adalah orang yang tidak rendah hati, maka pada poin ini, sikap tidak rendah hati menghasilkan suatu sikap yang “tidak suka kebenaran” Mengapa ?

Karena baginya kebenaran itu relatif. Kebenaran dianggap suatu idealisme yang terlalu tinggi serta tidak mungkin diwujudkan dalam kehidupan di dunia ini.

Tidak heran, karena pikiran ini, orang yang tidak suka kebenaran bisa hidup “mendua hati”. Jika di gereja atau di dalam ibadat, dia akan meng-“amin”i khotbah yang mengajarkan tentang pentingnya hidup kudus, jujur, taat, setia, dll, tetapi setelah semuanya itu, ia kembali ke hidup aslinya yang gemar bersaksi dusta dan bercerita bohong.

….Sahabat….

Benarkah kebenaran itu hanya idealisme kosong & tak bisa di wujud-nyatakan?

TIDAK! Yang kita butuhkan bukan bagaimana menghidupi kebenaran tersebut dalam waktu singkat, namun yang kita perlukan adalah bersediakah kita dengan rendah hati taat menghidupi kebenaran itu?

Demikian pula ketaatan bukanlah suatu “proyek” singkat, namun proyek yang membutuhkan waktu sangat lama, karena ketaatan itu adalah sebuah “proses”.

Demikianlah bukan suatu kebetulan rasul Paulus dalam surat Roma, mendefinisikan tentang kasih dan mengaitkannya dengan kepura-puraan atau kemunafikan. Semoga bermanfaat.

Salam Damai Sejahtera.

BTL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *