Karena itu sempurnakanlah sukacita dengan ini : hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri” (Fil 2:2-3)

Ayat di atas menyiratkan bahwa manusia diciptakan untuk saling tolong menolong.

Tuhan tidak akan turun dari surga untuk langsung membantu. Itulah sebabnya Dia menempatkan kita semua di tempat-tempat yg strategis agar dapat membantu orang lain.

Sayangnya, aspek kehidupan kita sebagi orang beriman belum dapat dipakai karena banyak dari kita yang masih berpegang pada falsafah stereotip tentang orang lain, khususnya mereka yang berbeda kepercayaan.

Dunia memang cenderung membentuk manusia untuk bertambah egois, maka tidak heran kita sering mendengar orang berkata: “Jangankan mengurusi orang lain, untuk diri sendiri saja belum cukup”

Jika kita masih terus bersikap egois dan tidak peduli dengan sesama, bagaimana mungkin kita mengenal pribadi Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita?

Bukankah kita diminta untuk memiliki semangat dan mengedepankan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri?

“dan janganlah tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga” (ay 4)

Kerinduan untuk memberi bukanlah tergantung dari seberapa besar harta milik kita, tetapi seberapa besar kepeduluan kita terhadap penderitaan orang lain.

Berikut ada sebuah kisah ilustratif, semoga dapat membantu kita lebih memahami makna ayat Filipi 2:2-3 di atas.

Pada sebuah seminar yang dihadiri sekitar 50 peserta, tiba-tiba sang motivator berhenti memberikan materinya. Dia lalu memberikan “balon” kepada masing-masing peserta.

Para peserta diminta untuk menuliskan namanya pada balon yang mereka terima dengan menggunakan spidol.

Kemudian semua balon dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam ruangan lain. Sesaat kemudian peserta diminta masuk ke ruangan yang penuh balon dan diminta untuk menemukan balon yang telah tertulis nama mereka.

Mereka hanya diberi waktu 5 menit, tetapi tidak ada seorangpun yang bisa menemukan balon dengan nama mereka.

Lalu .. motivator meminta mereka masing-masing untuk mengambil sembarang balon secara acak dan memberikan kepada orang yang namanya tertulis di balon tersebut. Dalam beberapa menit kemudian semua peserta seminar sudah memegang balon dengan nama mereka sendiri.

…Sahabat…

Kejadian yang terjadi itu mirip dan sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Semua orang sibuk mencari kebahagiaan untuk diri sendiri, tidak peduli dengan orang lain

Sama halnya dengan ketika mereka mencari balon dengan nama mereka sendiri, dan banyak yang gagal. Mereka baru berhasil mendapatkannya ketika mereka terlebih dahulu memberikan balon kepada pemiliknya.

Refleksi
Kebahagiaan itu menjadi sempurna ketika kita mampu membagikan kepada sesama.

Salam Damai Sejahtera

BTL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *