“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayananmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 10 : 43-45)

Ayat di atas adalah kata-kata Yesus yang tercatat dalam Injil Markus 10. Ayat ini begitu popular di kalangan umat Kristen/Katolik , bahkan banyak di antaranya yang hafal diluar kepala. Namun, apakah makna ayat tersebut sudah benar-benar dipahami dan dihayati?

“Rendah hati” yang dimaksud ayat disini adalah “tidak meninggikan diri” namun bukan berarti “menghina diri”. Rendah hati adalah sebuah keadaan yang menegaskan bahwa Tuhan lebih tinggi dari kita, dan kita tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari sesama kita. Menghina diri adalah sama dengan menghina Tuhan, Sang Pencipta manusia.

Awal kejatuhan manusia ke dalam dosa yang terjadi pada Adam & Hawa ditandai dengan “kesombongan” alias “meninggikan diri” (Kej 3 : 4-6). Manusia ingin menjadi seperti Allah, mau menentukan sendiri hal yang baik & benar. Itulah motivasi yang mendasari dosa pertama manusia.

Kesombongan bahwa aku bisa mengontrol segala sesuatu dan bisa meraih apa yang kurencanakan dengan kekuatanku sendiri, melepaskan diri dari ketaatan pada-Nya. Mereka merasa paling tahu, paling penting, paling baik, paling taat, paling harus dihargai.

Santo Fransiskus dari Sale mengingatkan kita, bahwa di samping kesombongan, kita harus berhati-hati dengan “kerendahan hati yang palsu” atau “false humility”. Jika, seseorang berkata : “saya sudah cukup rendah hati”, ketahuilah justru saat itu dia sebenarnya sedang meninggikan dirinya mengapa? karena rendah hati tidak pernah ada akhirnya!

Demikian pula, ada orang yang suka berpura-pura rendah hati agar dipuji orang, dengan mengatakan bahwa “saya lemah dan tak bisa apa-apa” Anehnya, begitu orang memperlakukannya sesuai dengan apa yang dikatakannya itu, kontan dia menjadi kecewa. Ini semua adalah kerendahan hati yg palsu.

Diingatkan pula, bahwa ada orang yang suka berkata, “aku tidak layak” atau “aku masih berdosa” Sikap ini hanyalah sebagai alasan tidak mau membagikan talenta untuk melayani Gereja atau sesama. Ini adalah tindakan tidak baik (‘evil’), karena menyembunyikan “cinta diri” dibalik kedok kerendahan hati.

Jika seseorang berkata : “saya bukan apa-apa” berhati-hatilah karena dalam hati/pikirannya, sebenarnya ingin mengatakan bahwa : “tanpa aku, kalian tidak bisa apa-apa”

“Rendah hati” adalah sebuah “mental-attitude” (sikap pikiran) yang akan nyata dalam perbuatan. Jadi, rendah hati itu bukan mengatakan tentang diri sendiri bahwa “saya ini rendah hati”

Kerendahan hati yang sesungguhnya berkaitan dengan menyembunyikan diri dalam artian tidak menonjolkan diri untuk dipuji, dan menyatakan kebajikan hanya untuk maksud mengasihi.

Dari kerendahan hati ini lahirlah ketaatan & luapan rasa syukur dalam segala perkara, karena mengakui dan mempercayai bahwa Tuhan terus berkarya mendatangkan kebaikan lewat suka maupun duka.

Dari kerendahan hati ini pula mengalirlah kasih & kepedulian bagi sesama yang membutuhkan uluran kasih kita, tak hanya materi, tetapi juga waktu, sapaan kasih dan perhatian.

Salam Damai Sejahtera


BTL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *