Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi, undurlah sebelum perbantahan mulai” (Amsal 17:14)

Ayat di atas mengingatkan kita akan bahaya memupuk pertengkaran. Ada banyak orang yang menyepelekan sebuah perselisihan atau pertengkaran kecil. Mungkin kita berpikir bahwa hal itu manusiawi, wajar, atau biasa saja, tetapi sadarkah kita bahwa pertengkaran-pertengkaran kecil itu bagaikan melubangi sebuah bendungan?

Betapa mengerikannya bencana yang di timbulkan akibat pecahnya tanggul yang bertugas menahan air, tidak terkendali, liar, dan ganas! Demikian pula perselisihan atau pertengkaran pun berpotensi seperti itu.

Tidaklah sembarangan bila Tuhan mengingatkan kita akan bahaya pertengkaran, karena pertengkaran berasal dari nafsu duniawi yang ada dalam diri kita.

“Darimanakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yg saling berjuang dalam tubuhmu?” ( Yak 1:4 )

Tercatat juga dalam Kitab Suci bahwa amarah manusia itu tidak pernah menyenangkan hati Tuhan. “Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” ( Yak 1 : 20 )

Lalu bagaimana sikap kita untuk menghindari pertengkaran yang tidak perlu? Berikut ada satu kisah ilustratif semoga membantu kita memahami makna ayat Amsal di atas.

Ada seorang wanita muda sedang duduk santai di dalam bus yang sedang melaju ke tengah kota. Di satu pemberhentian bus, seorang wanita tua cerewet dan berisik naik ke dalam bus lalu duduk di samping wanita muda tadi.

Tas-tas bawaannya yang berat dia tumpuk begitu saja di atas kursi, membuat wanita muda itu harus menggeser duduknya sehingga setengah terjepit di antara tas-tas berat dan jendela.

Seorang pemuda yang duduk di bangku sebelah, melihat kejadian itu dengan kesal, dan bertanya kepada wanita muda itu “Kenapa anda tidak bicara saja, katakan pada wanita tua itu bahwa kamu jadi terganggu?

Wanita muda itu menjawab sambil tersenyum: “Aku rasa tidak perlu bersikap kasar dan beradu argumentasi untuk sesuatu yang sepele seperti ini, perjalanan bersama kita ini terlalu singkat. Saya juga akan turun di perhentian bus berikunyta di depan nanti!”

Jawaban wanita muda tersebut sangat mengejutkan si pemuda. Sambil tersenyum dia berkata dalam hati bahwa kata-kata wanita ini pantas di tulis dengan huruf emas: “Kita tidak perlu berdebat untuk sesuatu yang sepele. Perjalanan kita bersama terlalu singkat.

…..Sahabat….

Jika saja kita sadari bahwa perjalanan hidup ini begitu singkat, maka kita tidak akan mau membuang tenaga dengan terus mengeluh. Merasa tidak puas, dan bersikap mencari-cari kesalahan. Semua itu hanya membuang waktu kita di perjalanan waktu yang singkat ini.

Mungkin saja seseorang sudah mengkhianatimu, mengejekmu, menghinamu, menipumu, melukai bahkan menghancurkan hatimu, tetaplah tenang, maafkan mereka, karena ingat perjalanan hidup ini terlalu singkat. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan ini akan berakhir, kapan akan tiba di penghentian bus yang berikutnya.

Mari kita saling menaruh hormat, dan saling memaafkan satu sama lain. Jangan pernah bersikap paling benar, berhentilah mengomel, menggerutu dan membicarakan kekurangan orang lain.

Mari kita nikmati hidup ini dengan penuh rasa syukur, dan mengisinya dengan perbuatan-perbuatan baik pada setiap orang.

Diam dan tersenyum adalah dua hal yang mempunyai kekuatan besar. Tersenyum akan mengatasi berbagai masalah, dan diam akan mencegah terlibat dalam perselisihan.

Salam Damai Sejahtera

BTL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *