Hampir setiap hari kita menerima postingan/sharing lewat medsos berupa tulisan/gambar/video, yang berisi nasihat, saran, inspirasi, motivasi, dll. Tak sedikit pula kita mendengarkan jargon-jargon bombastis tentang “bersyukur – ikhlas – berserah”, “pasrah”, dll.

Dengarlah apa yang mereka katakan, “Yang penting kita harus selalu bersyukur dalam kondisi apapun. Kalau kita selalu bersyukur, maka kita akan diberikan kebahagiaan”

Lalu, beberapa yang merasa lebih dekat dengan Tuhan berkata, “Serahkan semuanya pada Tuhan, nanti Tuhan akan membalas orang yang menyakitimu, dan juga mengganti apapun yg diambil darimu”

Anehnya .., ketika ditanya “bagaimana real nya bersyukur saat depresi?”, “Bagaimana caranya pasrah saat uang diambil teman?” Bagaimana bisa menerima rasa sakit hati ketika difitnah?” Jawaban yang muncul hanya keheningan, bingung harus menjawab apa … mengapa ?

Karena, semua tulisan, artikel, gambar, video, yg diposting umumnya adalah hasil karya orang lain, atau hasil comot dari internet kemudian di forward ke medsos, Tanpa melakukan pemahaman, cross check atau klarifikasi akan kebenarannya terlebih dahulu.


“Bersyukur, ikhlas, berserah, pasrah” itu tidak bisa terjadi begitu saja. Jangan berharap besar dari hanya berdoa, mengikuti seminar, mendengar ceramah, lalu ada keajaiban. Semua itu perlu dilatih, bagaikan otot yang dilatih mengangkat beban. Sebaik apapun asupan makanan, tidak akan membuat otot kuat, kalau tidak pernah bergerak dan dilatih menahan beban.

Demikian pula, sebagus apapun bacaan, khotbah yang ditelan, tidak bisa membuat kemampuan penerimaan meningkat kalau tidak pernah berlatih menghadapi beban masalah.

Lihalah potensi dalam diri sendiri. Kita telah diberi kesadaran, otak, tubuh yang luar biasa, gunakanlah. Jika Einstein yang luar biasa itu hanya menggunakan 6% dari otaknya, berapa banyak potensi yang diberikan pada kita sebagai sapiens ?

….Sahabat….

Janganlah membuat Tuhan sibuk dengan mengurusi tetek bengek yang kita ciptakan sendiri.

Kalau kita malas membaca, jarang meneliti, jarang menggali, trus hasil kemampuan diri seadanya, jangan salahkan orang lain yang terlihat lebih paham & bijaksana, lalu kita bersungut-sungut kepada Tuhan, apalagi meminta Tuhan menjadi algojo untuk menghukum mereka.

Kurangi kebiasaan menelan dogma-dogma keselamatan nan indah puitis yang memabukkan. Belalakkan mata melihat kedalam diri & berusahalah keras membangun kekuatan dalam melepas kemelekatan.

Ingat .. burung itu tidak takut jatuh walau hinggap di ujung ranting, mengapa? Karena ia bukan mengandalkan ranting yang dipijaknya, namun ia percaya pada kemampuan kedua sayapnya.

Hanya satu tindakan untuk merubah hidup kita…bercerminlah!

Salam Damai Sejahtera

BTL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *