Kita, manusia, adalah mahkluk ciptaan sempurna dan mempunyai kebebasan
serta kemandirian. Tetapi kita juga adalah mahkluk sosial yang memerlukan yang lain.
Hal yang lain bukan hanya yang duniawi/materi (benda atau manusia lain), tetapi juga
yang rohani. Kita sempurna tetapi tidak dapat hidup seorang diri, pasti ada orangtua,
atau sesama manusia lain. Selain mahluk duniawi yang ada di sekitar kita, kita juga
membutuhkan bantuan dari daya yang lebih dari duniawi, yaitu Tuhan Allah. Dialah
pencipta kita dan tujuan dari hidup kita. Dialah Awal dan Akhir. Tuhan Allah itu ada
walaupun tidak kasat mata.
Yesus adalah Guru Agung kita. Dia memberikan pengajaran bagaimana kita perlu
berelasi dengan sesama dan dan Tuhan Allah. “Seperti Bapa mengasihi Aku,
demikianlah Aku mengasihi kamu” (Yoh 15:9a). Kasih yang Yesus miliki untuk kita,
umat manusia, sama seperti kasih yang Allah Bapa miliki terhadap Yesus. Kasih itu
sempurna dan tanpa syarat, yang mendorong Yesus untuk memberikan hidup-Nya
bagi kita dan semesta.
Dalam bacaan kedua: “Allah adalah kasih. Dalam hal inilah, kasih Allah
dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang
tunggal ke dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah
mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus
Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1Yoh 4:8b-10)
“Diamlah kamu dalam kasih-Ku. Jika kamu menuruti segala perintah-Ku, kamu akan
diam dalam kasih-Ku, sama seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan diam dalam
kasih-Nya” (Yoh 15:9b-10). Dalam pesan ini, Yesus mengajarkan bahwa hubungan
dengan Dia terjalin melalui ketaatan terhadap perintah-perintah-Nya, seperti Dia juga
taat kepada Allah Bapa.
Kita baru saja memperingati Hardiknas, 2 Mei 2024. Pendidikan adalah kunci untuk
menciptakan generasi unggul dan meraih kemajuan seluruh semesta. Dalam GBHN
1973, pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Maka kita harus selalu menjadi murid, anak didik dari
Yesus Kristus sebagai Guru kita.
Kegiatan mendidik bertujuan menambah pengertian dan mengubah tingkah laku
murid menjadi lebih baik. Proses pendidikan murid bukan hanya mengajarkan suatu
ilmu pengetahuan. Seorang guru harus menjadi teladan yang baik bagi muridmuridnya sehingga para murid dapat memiliki karakter yang baik sesuai norma dan
nilai yang berlaku di masyarakat. Disini posisi para pendidik menjadi sangat pokok.
mari kita apresiasi seluruh insan pendidikan yang tak kenal lelah dalam membagikan
ilmu dan membentuk karakter bangsa. Yesus Kristus, Guru kita telah menyatakan, “Ini
adalah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi
kamu” (Yoh 15:12).
Pastor N. Dibyadarmaja SJ

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *