….Shalom….

Di Gereja Katolik ada banyak kegiatan-kegiatan pendalaman iman seperti BKSN, APP & ADVEN. Ada juga kelompok-kelompok atau Komunitas Kategorial yang berfokus pada pendalaman Kitab Suci, serta tersedia juga berbagai kursus Kitab Suci.

Semua ini adalah usaha yang bertujuan agar umat semakin mampu memahami apa yang ingin Tuhan sampaikan kepada kita atau dengan kata lain apa yang Tuhan kehendaki atas hidup kita.

Tanpa mengecilkan arti kegiatan-kegiatan, usaha-usaha tersebut diatas, mari sejenak kita renungkan pesan Yesus yang disampaikan dalam “Perumpamaan Penabur”

Kita tentu sudah sering mendengar perumpamaan Yesus tentang seorang penabur yg menaburkan benih yaitu Sabda Allah. Dikisahkan bahwa benih-benih itu bisa jatuh di tanah berbatu dipinggir jalan, semak belukar, dan juga bisa jatuh di tanah yang baik. Kisah tentang perumpamaan ini diakhiri dengan :

“barangsiapa bertelinga hendaknya ia mendengarkan”

Sabda Yesus ini, menyiratkan bahwa “problem besar” dalam ke-murid-an Kristiani itu terletak pada kualitas mendengarkan. Artinya, setiap murid Yesus dituntut harus memiliki kemampuan untuk mendengarkan. Kualitas ke-murid-an Kristiani ditentukan oleh seberapa tajamnya pendengaran kita akan Sabda Allah.

Sejak awal dunia itu diciptakan, kegagalan mendengarkan inilah yang menuntun manusia jatuh ke dalam dosa. Adam dan Hawa tidak mendengarkan perintah Allah “Jangan makan buah pohon pengetahuan” (Kej 2:17)

Kita pasti teringat akan kisah kunjungan Yesus kerumah Marta dan Maria. Yesus memuji Maria yg duduk tenang dan mendengarkan sehingga dia dapat menangkap isi hati Yesus, ketimbang Marta yang sibuk melayani.

Kita belajar berkomunikasi kepada orang lain namun lupa belajar komunikasi pada diri yang didalam. Kita belajar berbicara di depan umum, berusaha mempengaruhi orang lain dan ingin menjadi pusat perhatian, tetapi enggan utk mendengar.

Kalaupun mendengar, sebenarnya hanya tubuh kita yg berada ditempat, tetapi pikiran kita kemana-mana. Kalaupun mendengar, kita hanya fokus untuk menjawab atau mendebat bukan untuk memahami. Mengapa?

Kita sering tidak sadar bahwa mendengar adalah sebuah hadiah, yg bukan ditujukan pada yang berbicara tapi bagi yg mendengar.

Sepertinya kita harus paham bahwa beragama dan beriman itu bukan sekedar persoalan bagaimana kita terlihat sebagai pahlawan di dalam institusi dan organisasi, tetapi soal bagaimana kita menjalin relasi dengan Dia yang ilahi. Yesus berkata :

“Marta, Marta, engkau sibuk dengan banyak hal. Maria telah mengambil bagian terbaik, yang tidak akan diambil drpadanya”

….Sahabat …

Jika direnungkan, mungkin kita terlalu banyak aksi, terlalu sibuk membuat argumentasi atas nama Gereja seolah-olah sedang berjuang dan melayani Kristus.

Namun, apa artinya pelayanan, jika hal itu justru membuat kita berjarak atau kehilangan selera, kehilangan kemesraan, kehilangan intimitas dgn Kristus ?

Oleh sebab itu, agar kita bisa mendengarkan Sabda Allah dgn baik, dibutuhkan kedekatan dengan sang sumber suara atau Sang Sabda. Kita hanya perlu diam, tenang, menyingkirkan segala opini, asumsi, pretensi, dan sejenisnya.

Orang yang sungguh mendengarkan, akan mengesampingkan sejenak pikiran, dan analisa-analisanya. Dia tdk akan sgr menampik, menyangkal, atau membantah, sekalipun apa yang didengarnya itu tidak selalu terasa menyejukkan.

Mari kita melihat diri kita masing-masing, seperti apa kualitas kemuridan di dalam diri kita? Apakah kemampuan untuk duduk diam dan mendengarkan adalah sebuah problem besar di dalam diri kita?

Salam Damai Sejahtera

Theodorus Lintang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *