“Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kpd kita dengan perantaraan Putera-Nya” (Ibr 1:1-2)

Kehadiran sarana komunikasi modern yang dikenal dengan sebutan “Media Sosial Digital” telah menciptakan sebuah dunia yang sama sekali baru. Teknologi baru memungkinkan manusia untuk saling bertemu di luar batas-batas ruang dan budaya.

Namun, pada saat yang sama, amat menuntut suatu permenungan yang serius tentang makna komunikasi di jaman digital, sekaligus menuntut perhatian yang lebih besar dan kesadaran akan resiko yang mungkin terjadi.

Pendekatan Gereja Katolik kepada sarana media sosial pada dasarnya bersifat positif, memberikan dukungan.

Gereja Katolik mendukung semua orang yang berkehendak baik dan terlibat dalam komunikasi dengan memberikan prinsip-prinsip positif untuk membantu mereka dalam karyanya.

Sayangnya, media pada zaman sekarang kerap kali mencerminkan keadaan suatu kerohanian manusia pasca modern yang terkurung dalam batas-batas imanensi (sangat luas) tanpa referensi apapun kepada yang transenden (cara berpikir melampaui apa yang terlihat).

Dalam terang amanat Kitab Suci, hasrat untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, pertama-tama harus dimengerti sebagai ungkapan peran serta kita akan kasih Allah, yang ingin menjadikan seluruh umat manusia sebagai satu keluarga.

Tatkala kita membuka diri terhadap orang lain, kita sedang memenuhi hasrat kita yang terdalam untuk lebih menjadi sungguh manusia.

Tatkala kita ingin mendekati, ingin mengetahui lebih banyak, ingin dikenal oleh mereka, maka saat itulah kita sedang menjawab panggilan Allah, yakni panggilan yang terpatri dalam kodrat kita sebagai makhluk yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah.

Dalam terang pemahaman ini, kita tidak sekedar menaruh perhatian pada kemampuan media sosial, tetapi terutama pada kualitas isi yang disebarkan melalui media tersebut.

Berikut ada satu kisah ilustrati, semoga dapat membantu kita memahami terang amanat Kitab Suci

Suatu ketika seorang pria muda terlihat bersama bosnya, telah menghabiskan waktu satu jam, mengantri di sebuah bank untuk melakukan transfer.

Pria itu tdk dapat menahan diri dan bertanya : “Bos, kenapa tidak mengaktifkan internet banking saja ?” Bos pun menyahut : “Mengapa aku harus melakukan itu..?”

Si pria itu jadi sangat bersemangat membujuk bos nya untuk beralih ke dunia internet banking. Ia lalu menjelaskan : ”Nah…, Bos tidak perlu menghabiskan waktu satu jam di sini hanya untuk mentransfer uang. Bos bahkan bisa melakukan belanja online. Semua akan sangat mudah..!!”

Lalu bos kembali bertanya, ”Jika saya melakukan itu, saya tidak perlu keluar rumah..?”

Jawab pria itu “ya..ya” Ia meyakinkan bosnya, bagaimana sekarang barang-barang kelontong bisa dikirim sampai di depan pintu rumah, dan bagaimana Amazon, ataupun toko-toko online bisa memberikan segalanya.!

Tapi, jawaban bos membuat pria itu bungkam.

”Sejak aku memasuki bank hari ini, aku telah bertemu dengan 4 orang teman. Dan tadi aku sempat ngobrol sebentar dengan staf bank yang mengenalku dgn baik”

“Aku ini hidup sendiri, dan inilah waktu bertemu teman yg kubutuhkan.”

“Oleh sebab itu, aku menyediakan waktu. Dengan bersemangat, aku bersiap-siap datang ke bank, karena inilah sentuhan fisik yg aku idamkan”

“Kamu tahu… 2 tahun lalu sewaktu aku sakit, pemilik toko tempat aku membeli buah, datang menjengukku & duduk di samping tempat tidurku bahkan menangis”

“Beberapa waktu lalu, istriku jatuh ketika sedang berolahraga jalan pagi. Tukang kelontong setempat melihatnya dan dengan mobilnya segera membawa & mengantar istriku pulang”

Semua ini menciptakan ikatan, relasi, hubungan antar sesama. Apakah Amazon, online shop juga bisa memberikan semua ini ? Apakah aku bisa mendapatkan sentuhan manusia seperti itu, jika semuanya dilakukan dgn online?”

…Sahabat….

Kita tidak perlu terpukau berlebihan dengan kehebatan media baru, dalam menjawab kerinduan manusia untuk berkomunikasi & berelasi dgn sesama.

Karena sesungguhnya hasrat berkomunikasi & bersahabat ini berakar dari kodrat kita yg paling dalam sebagai manusia dan tidak boleh dimengerti sebagai jawaban terhdp berbagai inovasi teknis.

Teknologi bukanlah kehidupan. Luangkan waktu bersama dengan manusia, bukan dengan perangkat canggih, atau anda akan menyesal selamanya.

Waktu tidak akan pernah kembali. Selagi masih bisa & ada waktu, mari kita menyapa, menghargai orang-orang di sekeliling kita yang kita jumpai setiap hari.

Salam Damai Sejahtera

BTL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *