Suatu ketika murid-murid Yesus bertanya kepadaNya perihal siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Lalu Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya ditengah-tengah mereka, dan berkata:

Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku” (Matius 18:2-5)

Seniman lukis ternama, Leonardo da Vinci melukiskan kejadian ini. Di gambarkan Yesus berada di tengah kerumunan anak kecil berpakaian rapi dan bersih. Di latar belakang, ada beberapa wanita berpakaian rapi menunggu giliran Yesus memberkati bayi/anak dalam gendongan mereka.

Lukisan ini begitu terkenal di seluruh dunia, dan diabadikan di berbagai hiasan dinding dan kaca mozaik Gereja, kalender, dll. Namun, lukisan ini menyisakan pertanyaan: “Apakah lukisan itu menjelaskan keadaan sebenarnya?”

Jika kita memperhatikan keadaan rakyat jelata di masa itu, jelas lukisan itu tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Yesus berada di tengah kerumunan para pekeja, buruh kasar, dan orang-orang miskin.

Anak yang digendong-Nya jelas tidak bersih, tidak berpakaian rapi, dengan rambut yang tidak disisir, dan mungkin badannya penuh dengan bisul. Anak itu adalah cerminan masa gelap di mana Yesus lahir.

Kerajaan Roma di masa itu lebih tertarik untuk memungut pajak, bea, cukai drpd mengurus negara-negara jajahannya. Negara-negara itu dibiarkan diperintah orang-orang setempat, seperti Herodes.

Untuk mempertahankan kekuasaannya, Herodes harus membayar sejumlah upeti yang memuaskan Roma. Dan untuk menghasilkan upeti itu, ia mesti menindas dan mengekploitasi rakyatnya sendiri.

Dengan demikan rakyat Galilea menjadi semakin melarat sehingga mencapai titik kemiskinan terendah. Itulah kondisi rakyat Galilea pada zaman Yesus.

Apa maksud Yesus ketika Ia mengatakan supaya kita merendahkan diri seperti anak kecil?

Yesus tidak menyuruh kita mesti bersikap kekanakan yang mudah diajari, atau mudah dibuat percaya pada sesuatu…. Tidak! Bukan itu maksud Yesus. Maksud Yesus adalah, cobalah berdiri bersama anak miskin itu, dan katakan:

“Di mata Tuhan, anak ini dan saya sama adanya. Ia berhak atas segala sesuatu yang kuinginkan untuk diriku & anak-anakku.”

“Saya tidak akan berhenti berkarya supaya anak ini pun memperoleh segala sesuatu yang kutuntut bagi diriku dan segala sesuatu yang ku-upayakan bagi anak-anakku”

Anak kecil yang di gendong Yesus tersebut, jika di representasikan dalam kehidupan sekarang, menggambarkan anak-anak lemah, miskin, terpinggirkan, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan berita kematian beberapa anak dan balita akibat penolakan perawatan/terlambatnya penanganan rumah sakit karena berbagai alasan.

Buruknya pelayanan rumah sakit terhadap pasien-pasien miskin, mencerminkan tumpulnya kepekaan sosial dan matinya hati nurani. Lagi-lagi nyawa seorang anak “miskin” melayang begitu saja karena ketidak pedulian kita. Siapa yang peduli terhadap nyawa “murah” seorang anak miskin?

….Sahabat….

Setiap orang, sistem, peraturan, atau apa saja yang menghalangi seorang anak lemah, miskin, difable, terpinggirkan, untuk hidup sepenuhnya, akan menerima murka Tuhan.

Kerugian materi sebesar apa pun tidak sebanding dengan ketidakadilan terhadap mereka. Itulah sebabnya di akhir pengajarannya, Yesus menggunakan kata-kata yang keras dan tegas :

“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ditenggelamkan ke dalam laut.” (Mat 18:6)

Sesungguhnya, anak-anak seperti itulah yang dipanggil Yesus, lalu digendong dan di tempatkan di tengah-tengah mereka.

Disini Yesus hendak mengatakan, bagaimana sikap dan kepedulianmu, serta apa yang kamu lakukan terhadap anak-anak tersebut?

Dengan menyatakan kesetaraan dengan anak-anak tersebut, itulah kamu telah merendahkan diri, sekaligus menjadi tinggi, besar, dan mulia di mata Tuhan. Dengan cara itulah kamu meraih Kerajaan Sorga !

Salam Damai Sejahtera

BTL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *