Menyambut masa pra-paskah

“Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya”. (Yoel 2:13)

Rabu, 2 Maret umat Katolik memasuki masa pra-paskah. Masa pra-paskah bagi umat Katolik adalah masa pembaharuan diri seturut kehendak Allah. Masa penuh rahmat untuk kembali kedalam hati kita masing-masing. Masa kita berdamai dengan Tuhan, dengan sesama, serta lingkungan di sekitar kita.

Gereja Katolik mengajak umat untuk mengisi masa pra-paskah ini diisi dengan: puasa, pantang, matiraga, doa dan amal kasih.

Begitu pentingnya masa pra-paskah tahun ini, sehingga dalam beberapa hari lalu, Paus Fransiskus menyatakan Rabu Abu, tgl 2 Maret tahun ini, sebagai hari puasa dan doa internasional untuk perdamaian

Ayat tersebut diatas adalah seruan nabi Yoel kepada umat Israel, dimana intisari seruan ini kembali digemakan oleh Gereja Katolik : “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu”

Namun, nabi Yoel mengingatkan umat Israel agar tidak hanya bertumpu pada yang tampak, apalagi jika pengoyakkan pakaian itu malah menjadi ajang pamer kesalehan. Pertobatan itu tidak diukur dengan hal-hal yang bersifat lahiriah saja, tetapi kita juga diajak mengolah batiniah.

Hal ini jelas dalam kata kerja yg dipakai kalimat tersebut, bukanlah kata kerja pasif, “dikoyakkan”, melainkan kata kerja aktif; ”koyakkanlah”.

Makna “40” hari

Hari pertama masa pra-paskah dimulai pada hari Rabu Abu. Hal ini menandai bahwa kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paskah.

Angka “40″ yang ditentukan sebagai lamanya persiapan, mempunyai makna rohani sebagai berikut :

Pertama : Yesus berpuasa selama 40 hari sebelum memulai karya penyelamatan. (Mat 4:2)

Kedua : Musa berpuasa selama 40 hari sebelum menerima 10 perintah. (Kel 34:28)

Ketiga : Elia berpuasa selama 40 hari sebelum ke gunung Horeb. (1 Raja 19:8)

Makna “Abu”

Abu adalah tanda pertobatan, sebagaimana yang dikisahkan Kitab Suci.

misalnya “Pertobatan Niniwe” (Yunus 3:6).

Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa “kita ini diciptakan dari debu tanah” (Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu.

Itulah sebabnya, pada saat menerima abu di Gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu”

Makna puasa, pantang, matiraga, doa dan amal kasih.

Melalui puasa, pantang dan matiraga
Kita belajar melepaskan diri dari keterikatan duniawi dan kecenderungan keinginan manusiawi yang tidak teratur dan tidak sejalan dengan kehendak Tuhan.

Melalui doa, ibadah dan penerimaan Sakramen
Kita mohon bantuan sekaligus menimba rahmat dan kekuatan dari Tuhan yang menyanggupkan kita hidup seturut kehendak-Nya dalam ziarah menuju persatuan abadi dengan-Nya.

Melalui perbuatan-perbuatan amal kasih
kita mewujudkan kesetiakawanan, solidaritas sebagai orang beriman dengan orang lain yg susah dan menderita.

….Sahabat ….

Semoga puasa, pantang, matiraga, doa, dan amal kasih, mempunyai dampak atau pengaruh, bagi kita semua

Dampak Spiritual
Mendekatkan kita pada Allah secara lebih akrab. Pengembangan persekutuan hidup dlm komunitas-komunitas menjadi lebih terbuka sbg paguyuban iman, harap dan kasih. Dengan demikian melahirkan kekuatan rohani dlm hidup tiap org beriman.

Dampak Sosial
Membangkitkan kesadaran sosial, kepedulian dalam kehidupan bersama. Meruntuhkan tembok pembatas serta memperkuat dan meneguhkan satu sama lain dalam memecahkan setiap persoalan secara benar dan tepat.
Dengan demikian akan memberikan dampak perubahan sosial dan menghasilkan tindakan yang adil.

Dampak fisik

Menciptakan semacam pengalaman akan “rasa lapar” dan turut ambil bagian dalam penderitaan orang lain. Dampak fisik juga berarti kita dapat menciptakan rasa lemah dalam diri manusia untuk meningkatkan kepekaan, kepedulian dan keprihatinan sosial.

Yesus meminta kita untuk melakukan kewajiban agama bukan untuk dilihat, bukan pula dengan cara pamer. Praktek puasa harus dijiwai oleh sikap dasar kasih yang tulus.

Marilah kita masuk ke dalam hati dan batin kita, kita tata dan benahi kembali, karena kita diminta untuk :

“Koyakkanlah hatimu, dan jangan pakaianmu”

Selamat menyambut masa pra-paskah

Blasius Theodorus Lintang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *