Meski hari Kemerdekaan Indonesia ke – 74 baru beberapa hari yang lalu, tetapi suasana dan kemeriahan tetap terjaga dalam lomba HUT Kemerdekaan 2019 yang berlangsung setelah misa kedua pada hari Minggu, 18 Agustus 2019 di tempat parkir Gereja HSPMTB (Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda) Tangerang. Acara tersebut diikuti oleh umat dari berbagai wilayah dan lingkungan dalam Paroki HSPMTB hingga karyawan Gereja tersebut.

Ada beragam lomba yang dipertandingkan, seperti lomba makan kerupuk, lomba oper tepung, lomba memindahkan belut, dan lomba menendang bola dengan terung. Lomba pertama yang dipertandingkan adalah lomba makan kerupuk, yang pesertanya adalah anak – anak. Anak – anak harus memakan kerupuk yang diikat dengan tali terhubung pada masing – masing kaki mereka. Anak – anak tampak antusias saat berusaha menghabiskan kerupuk tersebut. Banyak dari mereka yang juga menjulurkan lidah agar bisa mencapai kerupuk mereka. Banyak peserta anak kecil yang dibantu orang tua mereka, sehingga MC sampai memperingatkan mereka dengan gaya candanya. Pemenang lomba kerupuk adalah Maria.

Acara tersebut juga dilanjutkan dengan menari bersama yang diikuti oleh ibu – ibu. Dengan iringan lagu “Gemu Fa Mi Re”, banyak ibu – ibu yang joget Maumere yang dipimpin oleh seorang instruktur. Putaran ke kiri kanan, sekaligus goyang tangan kian kemari dari seorang instruktur dan ibu – ibu mewarnai suasana lomba HUT kemerdekaan tersebut. Setelah menari bersama selesai, dilanjutkan dengan lomba oper tepung yang diikuti oleh 20 anak – anak yang terbagi dalam 5 kelompok. Setiap kelompok harus mengoper tepung dari depan ke belakang dengan piring plastik di atas kepala mereka. Saat lomba dimulai, banyak anak – anak yang ketumpahan tepung saat berusaha mengoper ke teman di belakangnya. Bubuk putih tampak mengotori pakaian anak – anak tersebut, tetapi mereka tetap tertawa antusias. Pemenang lomba oper tepung adalah kelompok Giselle dan kawan – kawan.

Lomba kemudian dilanjutkan dengan lomba memindahkan belut yang diikuti 8 ibu – ibu. Aturan lomba tersebut mengharuskan para peserta untuk memindahkan belut dari suatu ember ke baskom masing – masing dengan tangan kosong. Saat lomba dimulai, tampak banyak ibu – ibu yang kesulitan memindahkan belut mereka yang licin sehingga sering terlepas dari tangan mereka. Meski begitu, ibu – ibu tampak antusias saat berusaha diliputi gelak tawa mereka. Pemenang lomba belut adalah Ibu Theresia Tri Warianti dengan total 8 belut.

Anak – anak kemudian mengikuti lomba memindahkan bola dengan terung sebagai lomba berikutnya. 10 anak – anak terbagi dalam 5 pasangan, yang harus memindahkan bola dengan mengayunkan terung ke bola tersebut, kemudian kembali lagi ke tempat semula. Tawa anak – anak tampak menutupi kesulitan saat berjuang memindahkan bola. Pemengan lomba memindahkan bola dengan terung adalah pasangan Ine dan Dominic.
Lomba terakhir yang diadakan masih lomba memindahkan bola dengan terung, tetapi perbedaannya yang mengikuti lomba tersebut adalah karyawan Gereja HSPMTB. Selain itu, mereka mengikuti lomba sendiri – sendiri. Antusiasme para karyawan tersebut memperlihatkan keceriaan dalam semangat mereka yang meliputi dalam diri mereka. Pemenang lomba tersebut adalah Bapak Dariyah. Acara lomba HUT kemerdekaan kemudian ditutup dengan menari bersama yang kembali diikuti oleh ibu – ibu, sekaligus para karyawan yang didampingi seorang instruktur dengan iringan lagu “Gemu Fa Mi Re”. Joget Maumere menjadi penutup acara lomba HUT kemerdekaan. Seluruh anak – anak yang mengikut lomba mendapatkan beragam biskuit.
Theresia Tri Warianti, salah seorang peserta lomba mengungkapkan lomba HUT kemerdekaan tersebut sangat meriah, menarik, dan antusias. Harapan dari lomba kemerdekaan tersebut menurut beliau adalah tahun depan lebih lengkap dan meriah untuk semua umat yang diikutsertakan. Beliau juga berterima kasih kepada seluruh panitia yang sudah sukses menyelenggarakan lomba HUT kemerdekaan sekaligus berpesan kepada seluruh panitia sekaligus Gereja HSPMTB untuk lebih bersemangat dan lebih meriah. Ibu Theresia menutup dengan kata “Maju terus pantang mundur dan supaya umat lain bisa ikut serta.” Lomba HUT kemerdekaan di gereja menunjukkan adanya kehidupan kekatolikan yang dijalankan bersamaan dengan kehidupan kemerdekaan Indonesia yang beraneka ragam sehari – hari. (Jeff)